Tradisi Menganyam

 

Para penduduk adat di Indonesia memiliki warisan budaya yang melimpah. Selain adat istiadat, warisan budaya yang berpotensi pada masyarakat modern saat ini adalah kerajinan tangan. Kerajinan tangan adalah salah satu jenis seni kerajinan tradisional yang termasuk ke dalam cabang seni Kriya. Kerajinan tangan tradisional ini selain memiliki nilai sejarah dan fungsionalitasnya, tentu juga memiliki nilai filosofis yang tinggi.

Salah satu jenis kerajinan tangan tradisional adalah anyaman. Di dalam setiap karya anyaman terdapat tujuan fungsional maupun filosofi tersendiri dari setiap bentuk dan motif yang dibuat pada anyaman. Kerajinan anyam adalah salah satu bentuk kebudayaan yang paling tua dalam rangka untuk membantu pekerjaan manusia. 

Walaupun telah ada sejak zaman prasejarah, kerajinan anyaman tetap ada dan terus berkembang hingga hari ini. Tidak hanya untuk keperluan fungsional, kerajinan anyaman juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Salah satu tradisi menganyam yang tetap bertahan hingga hari ini adalah tradisi anyam Pulau Timor. 

Pulau Timor memiliki sumber daya alam yang mencukupi untuk menghasilkan sebuah karya anyam. Tradisi anyam di Pulau Timor sendiri lekat kaitannya dengan manusia dan alam lebih spesifiknya antara dedaunan dan wanita. Tradisi anyam di Pulau Timor diteruskan oleh para wanita secara turun temurun mulai dari suku Atoni hingga suku Tetun, dari Barat hingga ke Timur. Setiap kelompok masyarakat ini tentu memiliki kearifan lokal tersendiri yang juga mempengaruhi karya anyam. Tidak hanya itu, jenis sumber daya alam yang bervariasi pun mempengaruhi hasil akhir produk anyam. 

Misalnya di bagian Barat Pulau Timor serta bagian pesisir utara banyak kerajinan anyam yang dibuat menggunakan Pohon Lontar. Di wilayah ini, Pohon Lontar tumbuh subur dan disebut sebagai “pohon kehidupan” (tree of life) karena setiap bagian pohon ini dapat dimanfaatkan. Misalnya saja daun Lontar yang digunakan sebagai bahan baku anyaman. Di bagian tengah bagian Timur pulau Timor, suku Bunaq dan suku Kemak banyak menggunakan daun Pohon Gebang serta Pandan Hutan sebagai bahan baku produk anyaman. Suku Tetun sendiri adalah salah satu suku yang menggunakan hampir semua sumber daya alam di Pulau Timor. 

Di daerah Kabupaten Malaka di Selatan, masyarakat banyak menggunakan Pandan Hutan dan Pandan Laut yang tumbuh melimpah, di bagian tengah banyak menggunakan Pohon Gebang sebagai bahan baku serta yang tinggal di pesisir pantai banyak menggunakan Pohon Lontar. Selain bahan baku, salah satu faktor yang menentukan rupa sebuah produk anyaman adalah fungsi. 

Berdasarkan fungsi, anyaman dapat dibagi ke dalam dua jenis yakni untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan adat. Anyaman yang diperuntukkan untuk kebutuhan sehari-hari misal untuk berkebun tidak membutuhkan hiasan motif dan bentuk yang estetik karena tujuannya hanya sebagai tempat menyimpan hasil kebun. Untuk tujuan adat, anyaman sering sekali dibuat dengan bentuk yang lebih kompleks serta dengan motif dan warna yang beragam. Setiap bentuk dan motif memiliki arti dan filosofi tertentu misal, Ko’e ukir yang khusus dibuat bagi perempuan dan Koba berbentuk rumah adat bagi Pria dalam acara perkawinan adat.

Dewasa ini, anyaman di Pulau Timor sudah minim digunakan sebagai tujuan fungsional. Masyarakat sudah banyak menggunakan produk-produk pabrikan dengan bahan dan desain yang lebih modern. Penggunaan produk anyaman pun hanya digunakan sebatas untuk keperluan adat. Masyarakat di Pulau Timor yang ikut masuk ke dalam kehidupan masyarakat modern pun perlahan mulai meninggalkan anyaman. Hal ini tentu berpengaruh bagi budaya bahkan bagi ekonomi para pengrajin. Para generasi tua merasa bahwa tradisi menganyam sudah tidak penting lagi untuk diteruskan bagi generasi muda karena tidak lagi memiliki nilai ekonomi. Dari sini pun timbul masalah lain yakni ancaman kepunahan bagi tradisi menganyam.

Para masyarakat di Pulau Timor khususnya para pengrajin perlu untuk disadarkan kembali akan pentingnya mengembangkan tradisi menganyam yang sebenarnya merupakan potensi besar dalam masyarakat modern kini. RAMAHIJA lahir untuk membantu memberi secerca harapan untuk manusia dan alam khususnya untuk masalah tradisi menganyam di Pulau Timor. Pelatihan dan pengembangan berkelanjutan dilakukan untuk memastikan bahwa produk anyaman yang dihasilkan memiliki nilai tambah dari segi kualitas bahan dan produk serta estetika. Hal ini akan menyadarkan kembali para pengrajin bahwa warisan leluhur mereka sebenarnya mampu menjadi harapan bagi mereka untuk terus maju.

Tradisi menganyam kita harap untuk tetap dilestarikan bahkan RAMAHIJA juga terus berusaha untuk mentransformasi tradisi menganyam dengan mengkombinasikan sisi fungsional dan desain modern dengan tetap mempertahankan nilai tradisionalnya. Dengan tetap hidupnya tradisi menganyam ini, para generasi tua dan generasi muda di pedesaan bisa mempertahankan identitas budaya dan potensi kekayaan yang dapat mereka banggakan di masyarakat modern kini.